Wisata Snorkling Pulau Segajah dan Beras Basah Bontang |
MUNGKIN wisatawan baru mengenal Pulau Beras Basah sebagai
tempat wisata andalan Kota Bontang, Kalimantan Timur. Sejatinya, ada
juga Pulau Segajah yang tak kalah eloknya dengan Beras Basah. Beberapa
tahun terakhir, Pulau Segajah mulai dikenal dan dimasukkan ”satu paket”
dengan Beras Basah. Mau ke Beras Basah, singgah dulu di Segajah.
”Kita menuju Segajah dulu, baru ke Beras Basah.
Menjelang tengah hari begini, saat yang pas untuk ke Segajah,” begitu
ajakan Zulkarnan, tokoh pemuda yang juga Ketua Karang Taruna di Bontang
Kuala, akhir Mei lalu.
Segajah merupakan pulau berpasir yang ”menghilang” saat air laut pasang
dan muncul lagi saat air laut surut. Jadi, Segajah hanya bisa dipijak
pada pagi hingga sore saat air laut surut.
Perahu kayu bermesin pun menderu membelah perairan Bontang yang
merupakan bagian Selat Makassar ini. Cukup 20 menit, Pulau Segajah
terlihat. Terhampar seluas lebih kurang 2 hektar dan hanya bervegetasi
bakau yang ditanam warga beberapa tahun lalu.
Biru dan jernihnya air langsung menyambut, mengajak untuk merasakan
pasir pantainya. Bintang-bintang laut berwarna coklat, hitam, dan kuning
tersebar merata. Ada pula teripang yang bentuknya seperti sosis
berukuran besar dan berwarna putih kekuningan.
Bintang laut dan teripang ini bisa dipegang, tidak berbahaya. Namun,
tetaplah waspada karena perairan Segajah ini juga penuh ”ranjau”, yakni
bulu babi yang jumlahnya ratusan. Jangan salah melangkah agar tak
tertusuk duri bulu babi.
Jika ingin snorkeling, saatnya mencebur untuk menikmati hamparan terumbu karang di sekitar pulau ini. Terumbu-terumbu berjumlah ribuan yang menjadi ”rumah” bagi ikan-ikan kecil berwarna-warni.Dinamakan Segajah karena dahulu pulau tersebut jika dilihat dari atas bentuknya mirip punggung gajah. ”Luas Segajah sekarang hanya 2 hektar, itu hanya 10 persen dari luas Segajah dulu, sewaktu saya kecil. Luasnya menyusut, mungkin karena abrasi sehingga bentuk pulau ini sekarang, ya tidak lagi mirip (punggung) gajah,” kata Suriansyah (52), tokoh masyarakat.
Setelah puas di Segajah, kapal motor melanjutkan perjalanan ke Beras Basah yang cukup ditempuh 25-30 menit. Air berwarna biru-kehijauan,
deretan pohon kelapa, mercu suar, dan keriuhan wisatawan terlihat. Ada
juga banana boat yang hilir mudik mengelilingi pulau.
Nama beras basah konon berasal dari beras muatan kapal milik Kesultanan
Kutai yang tumpah saat perahu karam. Beras yang tumpah itu membentuk
gundukan yang kemudian disebut Pulau Beras Basah. Yang jelas, pulau ini
berpasir putih seperti beras yang basah.
Snorkeling menjadi hal menyenangkan di sini. Syaratnya, jangan di
lintasan banana boat agar tidak tertabrak. Perairan di pulau ini
menyajikan padang lamun-hamparan tumbuhan yang didominasi rumput dan
alang, tempat bersembunyi aneka ikan berukuran kecil.
Beberapa kerumunan ikan tampak di sana-sini, ”menggoda” untuk didekati.
Dalam satu kerumunan saja, terdapat ribuan ikan kecil. Sejumlah
wisatawan yang snorkeling terlihat riang menggiring kerumunan ikan-ikan
ini, lalu mencoba ”membelah” mereka.
Salah satu titik untuk menyelam di perairan antara Pulau Segajah dan
Beras Basah yang kini menjadi favorit wisatawan adalah gelembung abadi
atau geladi. Wisatawan bisa melihat gelembung-gelembung kecil muncul
dari dasar laut, dan menuju ke permukaan. ”Gelembung ini adalah gas
alam,” ujar Suriansyah.
Bersantai
Lelah berenang, wisatawan bisa bersantai di gazebo-gazebo di sepanjang
tepi pantai untuk memesan kopi panas atau sekadar menikmati camilan.
Untuk membasuh badan, warga menyediakan air dalam kemasan jeriken.
Jeriken isi 10 liter, misalnya, dibanderol Rp 10.000.
Tidak ada sumur di Beras Basah sehingga air tawar diangkut dari Bontang
setiap hari. Pulau ini juga tidak boleh ditempati. Puluhan warga yang
membuka warung tenda biasanya akan pulang ke Bontang pada sore hari.
Meski demikian, sebagian tinggal, terutama pada akhir pekan, saat Beras
Basah ”diserbu” wisatawan juga warga.
Pada akhir pekan, minimal 500 orang memadati Beras Basah dan sebagian
menginap. Pulau seluas 4 hektar itu langsung penuh sesak. ”Apalagi pada
hari raya atau malam Tahun Baru, bisa enggak kebagian tempat untuk
duduk,” ujar Yasun, pegawai Kantor Pemberdayaan Masyarakat Bontang.
Sama seperti Segajah, luas Pulau Beras Basah juga semakin menyusut.
”Dulu, pulau ini 8-9 kali lebih luas dari sekarang dan penuh bakau.
Sekarang hanya sejengkal,” kata Suriansyah.
Untuk menjangkau Segajah dan Beras Basah, wisatawan bisa menyewa kapal
motor dari Pelabuhan Tanjung Laut ataupun Bontang Kuala. Menyewa kapal
motor yang bisa dimuati 10 orang dari Bontang Kuala, biayanya Rp
500.000-Rp 600.000.
Potensi Beras Basah, Segajah, dan juga alam bawah airnya bisa
dikembangkan. Sayangnya, kurang tergarap secara maksimal. Sampah,
misalnya, masih berserakan di Pulau Beras Basah. Papan huruf-huruf
bertuliskan ”Pantai Beras Basah” juga tidak ada. Menjadi pekerjaan rumah
Pemerintah Kota Bontang untuk membenahinya. (LUKAS ADI PRASETYA)/
Kompas Travel